Selasa, 03 Agustus 2010

Merancang romadon ceria

Beberapa tips membangun suasana sukacita bagi anak-anak selama kehadiran
bulan suciMengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maknanya, sungguh
bukan pekerjaan yang mudah. Keberhasilan yang kita semua harapkan memerlukan
persiapan sejak jauh hari. Berikut ini akan diuraikan beberapa kiat yang
bisa dilakukan orang tua, untuk merancang pola pendidikan terbaik bagi
putra-putrinya selama bulan Ramadhan.

Prolog Ramadhan

Anak-anak selalu terpesona oleh cerita. Karenanya, jauh sebelum Ramadhan
datang, ayah dan ibu yang rajin akan mengumpulkan kisah-kisah menarik
seputar Ramadhan. Pilihkanlah kisah-kisah sahabat dan perjuangan Rasulullah
yang berhasil di bulan Ramadhan. Bisa juga cerita-cerita lain yang
berhubungan dengan Ramadhan maupun puasa. Kisah-kisah semacam itu bisa
dikumpulkan baik dari buku-buku, dari dongeng masa lalu, bisa juga kita
karang sendiri. Mengapa tidak, kan? Pengalaman-pengalaman masa kecil orang
tua pun akan sangat menyenangkan bagi anak-anak jika dikisahkan satu atau
dua pekan sebelum datangnya Ramadhan. Jadi mood Ramadhan sudah terasa di
rumah kita menjelang bulan suci itu datang.

Suasana baru yang istimewa

Mood Ramadhan juga bisa diantarkan dengan perubahan fisik penampilan rumah.
Berubahnya penampilan ruangan maupun kamar bisa memberi citra khusus di hati
anak tentang bulan mulia ini. Niat ayah untuk mengganti warna cat rumah,
mengapa tidak mengambil momen Ramadhan ini? Ini akan sangat bermanfaat untuk
menambah kegembiraan Idul Fitri nantinya. Apalagi, dengan melakukannya
sebelum bulan suci, kita akan terhindar dari terganggunya kekhusyukan ibadah
yang lebih banyak lagi selama sebulan itu.

Menghias kamar anak dengan suasana khusus selama Ramadhan, juga satu ide
yang akan menambah motivasi anak untuk belajar berpuasa. Menyulap suasana
kamar mereka menjadi layaknya sebuah ruang pesta dengan hiasan kertas
warna-warni di langit-langit kamar, hiasan dinding aneka bentuk dan rupa,
bahkan juga balon, bisa anda dapatkan di toko atau bahkan anda buat sendiri
bersama mereka. Bagaimana dengan hiasan dinding buatan ibu yang bertuliskan
hadis atau motto dan semboyan yang membangkitkan semangat mereka untuk
bertahan menahan lapar? Apalagi jika hiasan tersebut mereka buat dengan
tangan mereka sendiri, maknanya akan lebih lekat di hati anak, bukan?

Siapkan jadwal khusus

Perubahan jadual hidup sehari-hari di bulan Ramadhan juga memerlukan
persiapan, agar tidak mengagetkan. Membiasakan anak bangun sahur, misalnya,
bukan hal yang ringan. Orang tua perlu merancang cara khusus dan istimewa
untuk membuat anak mau membuka mata dengan gembira. Menyediakan minuman
serta snack khusus kegemaran anak yang jarang didapatnya di luar bulan
Ramadhan, bisa dijadikan salah satu trik. Menu sahur yang istimewa? Sesuai
dengan selera anak? Atau dengan menyetel lagu-lagu kegemaran mereka, atau
mencarikan acara anak khusus bangun sahur di televisi?

Membiasakan anak melakukan shalat tarawih berjamaah di masjid, bisa
menjadikannya sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Tadarrus al-Qur'an dan
mabit (menginap) di mushalla untuk itikaf, mengikuti pesantren Ramadhan,
ikut berkeliling kampung membangunkan orang untuk makan sahur, semuanya akan
sangat menarik karena hanya ada dalam bulan Ramadhan.

Gembirakan ibadahnya

Jangan sekali-kali memaksa anak untuk berpuasa atau pun melakukan ibadah
lain jika mereka enggan melakukannya. Yang bisa dilakukan orang tua adalah
mengkondisikan lingkungan bermain dan kehidupan sehari-hari si anak dengan
menyenangkan sehingga anak akan tertarik untuk mulai turut mencoba. Misalnya
dengan mengundang kawan-kawan dekatnya untuk bersama-sama berbuka puasa di
rumah. Bisa juga sahur bersama, dengan menginap di rumah.

Perasaan senang tanpa tekanan dalam beribadah sangat penting bagi anak-anak.
Jika ibadah merupakan paksaan, di benaknya akan tersimpan secara tak sadar,
bahwa ibadah identik dengan tekanan.

Kreatiflah

Meski Idul Fitri masih jauh, bagus juga mendorong anak-anak untuk berkreasi
menyambut hari kemenangan itu. Bisa dengan membuat kartu-kartu ucapan yang
indah, atau mengajak mereka mengatur rumah agar lebih terasa nyaman untuk
menerima tamu-tamu

Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari rasa lapar, juga bisa menggunakan
berbagai jenis permainan. Buku-buku yang berisi permainan yang bisa kita
rancang sendiri banyak tersedia di toko buku. Jenis-jenis kerajinan tangan
pun bukan main banyaknya. Dengan bahan kertas aneka jenis dan aneka warna,
dengan kain, dengan pelepah pisang, daun, ranting hingga biji. Dengan monte,
manik-manik, atau sekedar spidol dan pensil warna. Segala sesuatu bisa
digunting, dirobek, dibakar, dilem atau dibentuk menjadi sebuah hasil karya
menarik. Kegiatan istimewa lainnya selain bermain juga bisa dirancang sejak
dini. Misalnya memasak kue-kue ringan untuk dibawa berkunjung ke panti
asuhan, atau untuk berbuka puasa di rumah, berkebun dan banyak lagi. Sejak
di jaman kehidupan Rasulullah saw, para sahabat muslimah telah merancang
kreativitas bagi putra-putrinya, khusus untuk menggembirakan hati mereka
agar melupakan waktu yang terasa berjalan lambat selama berpuasa. Hal ini
nampak dalam sebuah kisah, ketika Rasulullah Saw mengutus seseorang pada
hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshar dan berkata, " Siapa yang
pagi ini berpuasa hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya. Maka
kamipun menyempurnakan puasa hari itu dan kami mengajak anak-anak kami
berpuasa. Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari
benang sutra. Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu.
sampai datang waktu berbuka." (HR Bukhari-Muslim)

Waspadai saat-saat Kritis

Ada saat di mana biasanya anak begitu bergairah untuk berpuasa dan melakukan
ibadah lain dalam bulan Ramadhan. Biasanya ini terjadi di awal-awal bulan
Ramadhan. Tetapi menjelang pertengahan bulan, anak mungkin sudah merasa
lelah, sehingga enggan berpuasa. Orang tua yang bijaksana
harusmengantisipasi saat-saat kritis ini justru dengan memberikan kegiatan
dan kreativitas yang paling menarik bagi anak. Berhati-hati pula dengan
saat-saat usai Ashar setiap harinya. Di sore hari seperti ini anak mungkin
merasa sangat lapar, lelah, dan jemu menunggu. Di saat-saat ini mereka
sangat membutuhkan perhatian dan dorongan dari ayah dan ibunya. Jangan hanya
sibuk menyiapkan buka puasa sehingga menelantarkan mereka. Justeru di
saat-saat inilah ayah ibu perlu mengajak anak untuk melakukan berbagai jenis
kegiatan yang tidak membutuhkan bayak kekuatan fisik.

Nah, mari kita buat rencana Ramadhan yang rapi untuk putra-putri kita dari
hari ke hari, agar bulan suci dan mulia merupakan bulan yang penuh
kegembiraan bagi mereka.

Sanering N Redenominasi

sebagai sesama saudara, ada beberapa hal yang perlu saya luruskan nih:
1. belum ada study yang menyebutkan Turki lebih sukses sistem
keuangannya dibanding Indonesia, bahkan Turki yang notabene zona Eropa
terancam dengan krisis lanjutan dari negara2 yang lazim disebut PIGS
(Portugal, Italy, Greece, dan Spain)
2. Nilai rupiah kita adalah salah satu mata uang yang paling stabil di
Asia, bahkan nilainya menguat terus, sehingga BI perlu intervensi
untuk menjaga kestabilan nilai rupiah.
3. nominal 1.000 tidak pernah digantikan oleh nominal 2.000.

kembali ke topik, sepertinya perlu dijelaskan mengenai perbedaan
sanering dan redenominasi:
- sanering: uang 5000 jadi 5, tapi naik ojek tetep 5000
- redenominasi: uang 5000 jadi 5, naik ojek harganya 5.. misal
kekayaan 100M jadi 100juta, tapi harga emas juga dari 300.000 jadi 300
--> secara nominal berubah, tapi value-nya tetap

tahapan yang akan dilakukan, merujuk pada redenominasi yang dilakukan
Turki, sepertinya akan seperti ini (saya sendiri belum yakin apakah
akan diterapkan di Indonesia):
bank sentral akan mengeluarkan NIDR (New Indonesian Rupah) dengan
nilai: 1NIDR=1000IDR
lambat laun, IDR akan ditarik dari peredaran, dan sedikit2 akan
digantikan oleh NIDR.
jika IDR sidah terserap semuanya, maka tahap selanjutnya adalah
mengganti NIDR ke mata uang sebelumnya, IDR.

saat ini isu redenominasi masih dikaji apakah perlu atau tidak,
bagaimana cost and benefit analysis, dampak sosial dan politik, dll.

Salam,

Ah Tiong

Pagi menjelang pukul 06.30, sekelompok orang berderet di depan sebuah toko kue kecil dekat perempatan Ciledug. Bagi yang belum tahu ciledug, monggo google-mapping. Sebagian besar orang yang berderet tadi adalah calon pembeli. Pembeli kue, dan itu berlangsung setiap pagi, sabtu minggu malah cenderung lebih ramai.
Beberapa menit kemudian toko dibuka dan pengantri tadi pun menyerbu, memesan bermacam kue - kue yang dijual di etalase. Ada 2,3,4 atau 6 pelayan yang semuanya wanita di dalamnya, langsung sibuk dan keringetan melayani serbuan pelanggan. Layaknya toko - toko lain, toko kue tadi digawangi seorang Ah - Tiong (Ket Tionghoa maksudnya). Selagi sibuk ikut melayani, sibuk juga berucap ke sana kemari setiap pembeli yang siap pergi menenteng seplastik kuenya. "Terima kasih ya, terima kasih" begitu ucapnya. Saya jadi ingat ucapan seorang sahabat, penjual macam Ah Tiong ini memang pandai memikat hati pembeli, paling tidak dengan selalu mengucapkan Kam Sia (Terima Kasih).
Oh ya, Istri saya, kebetulan penyuka salah satu menu kue di sana yaitu kue :ongol-ongol. Saya mesti bolak - balik selama 3 hari berturut - turut untuk mendapatkan kue ini, karena terlambat datang, padahal jam baru menunjukkan pukul 09.00. Hari ketiga saya datang tepat pukul 07.30 dan sayapun mendapatkannya.
Usut punya usut toko kue tadi, berada beberapa langkah dari sebuah SD Islami yang cukup favourite dan terkenal di wilayah ini. Nah, kesukaan istri saya kepada kue ongol-ongol tadi berlangsung sejak dia masih SD, di SD Islami tadi. Dengan asumsi usia istri saya 26, Artinya toko tersebut juga sudah berdiri hampir 20 tahunan dan tetap ramai!! Namun bukan hanya itu yang memancing saya menulis. Produk makanan menurut saya, adalah produk yang cukup sensitif dan berdurasi pendek. Ketiadaan Label halal saja, sebagai contoh, bisa menjadi testimoni negatif jika yang kita jual adalah makanan. Pemilik toko tersebut adalah keturunan Tionghoa yang, bagi pandangan beberapa orang terutama muslim, sensitif dengan isu halal-haram ini. Dan, mayoritas pembeli di toko itu, adalah muslim mayoritasnya, jika tidak dikatakan semua.
Selidik - punya selidik, setiap pagi, para pengantri yang menunggu buka ternyata bukan hanya para pembeli, tapi para supplier (Vendor bahasa kerennya), pembuat macam - macam kue yang menitipkan kue buatannya di sana. Para pembuat kue ini nampaknya diseleksi, karena suatu pagi saya mendapati Cici (Begitu pemilik toko ini dipanggil), sedang "menginterogasi" seorang supplier kue. Sekilas dari pembicaraannya bisa saya tangkap, pemilik toko meminta si pembuat kue memperbaiki kualitas kuenya karena penjualan kue buatannya kurang laku.

Sekarang sedikit saya tahu, kenapa Toko tersebut begitu popule dan laku. Pemilik toko memastikan bahwa apa yang dijualnya adalah "halal" meski tidak meletakkan tulisan halal pada dagangannya. Dia hanya menjadi trader dari sekian banyak pembuat kue yang sudah terseleksi rasanya, lalu menjualnya. Saya pun manggut - manggut dan bergumam, pantas toko ini tetap ajeg dan profit selama bertahun -tahun. Ah Tiong memang cerdik.... hehe.

Tetaplah maju..

Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat. Karena dalam, keadaan tetap bergerak,
anda menciptakan kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak maju, sekalipun
pelan, daripada tidak bergerak sama sekali.

Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan menghindarinya.
Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin
akan menghadapinya. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat anda terima
dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan dibalik
setiap masalah.

Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah
dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah, anda tak layak
memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah
sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah
serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang
dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi.
Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan,
menjerit ketakutan, matilah aku!
Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai
elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak akan
menjadi seseorang yang sejati.

Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun kegagalan yang
telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan
rintangan yang bertubi-tubi.

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda
lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila
anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk
berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan yang
dan kesulitan. Jangan hanya berhenti
pada langkah pertama!

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan
batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah msalah yang
menantang. Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar
menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan
kebahagiaan.

Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada
jalan panjang yang berisikan catatan perjauangan dan pengorbanan. Keringat dan
kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila anda terpesona
pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan, anda bisa lupa dari keharusan
untuk berupaya. Namun bila anda terkagum
pada ketegaran seseoarang dalam berusaha, anda akan menyerap energi kekuatan,
keberanian dan kesabaran. Tak ada harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Ada
harga yang harus dibayar untuk meraih keberhasilan itu.

Berusahalah terus!

Mulailah dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah,
belajarlah, dan kembangkan pencapaian anda. Sukses bukan dicapai oleh orang
yang memulai dengan hal yang besar, tetapi oleh orang yang memelihara
momentumnya dalam waktu yang cukup panjang, hingga pekerjaannya menjadi
karya besar.

Apapun yang anda lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati.
Keberhasilan bukan semata-mata karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. Anda
perlu bertindak dengan kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di
atas upaya sendiri. Di balik semua pencapaian terselip pengorbanan
orang lain. Hanya bila anda melakukannya dengan kebaikan hati, siapapun
rela berkorban untuk keberhasilan anda.

Seorang bijak berujar. "Bila busur anda patah dan anak panah
penghabisan telah dilontarkan, tetaplah membidik. Bidiklah dengan seluruh
hatimu." Semua tindakan anda bagaikan bumerang yang akan kembali pada anda.
Bila anda melempar dengan baik, ia akan kembali dalam tangkapan anda.
Namun, bila anda ceroboh melemparkannya, ia akan datang untuk melukai
anda. Renungkan bagaimana tindakan anda sekarang ini. Lakukan segala
semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tiada yang lebih manis
daripada memetik buah atas kebaikan yang anda lakukan

semangat!
salam sukses

Manet, Jualan dari Garasi, Untungnya Bukan Basa-Basi

Manet adalah salah satu produk busana muslim teratas di Indonesia. Pemiliknya, Badroni Yuzirman, juga merupakan pendiri Komunitas Tangan Di Atas (TDA) yang mampu menggerakkan para pengusaha muslim untuk bangkit dan mewarnai Indonesia. Bagaimana cerita di balik kesuksesannya membangun bisnis?

Keluar dari Tanah Abang, Buka di Garasi
Pasar Tanah Abang masih jadi pusat daya tarik para shopaholic, dari sanalah sesungguhnya kekuatan ekonomi Indonesia. Saking dahsyatnya pengaruh Tanah Abang, konon, banyak tokoh nasional yang 'mampir' ke sana untuk nyuwun restu alias dimuluskan dalam pemilu, khususnya dalam hal pendanaan. Roni, panggilan akrab Badroni, juga pernah menjadi bagian dari Tanah Abang dengan membuka gerai Manet di sana pada 2002. September 2003, Roni juga mencoba peruntungan dengan memasarkan produknya lewat internet. Ternyata, responnya luar biasa. Usaha pakaian muslimnya melesat bahkan melebihi bisnis interior yang lebih dulu didirikannya. Namun, musibah datang. Persaingan harga, mismanajemen, dan kebakaran yang melanda Tanah Abang jadi momok yang menakutkan sebagian penjual. Karena kondisi tersebut, Roni memilih untuk menutup toko di Tanah Abang pada Maret 2004 dan mulai berjualan di garasi rumah.

Blessing in disguise, itulah yang dirasakan Roni saat usaha yang dilakoninya harus mulai dari nol setelah keluar dari Tanah Abang. Tanpa dibantu karyawan, Roni merajut kembali ikhtiar bisnisnya dari garasi rumahnya di Kemandoran. Ternyata, ungkapan ada kemudahan di balik kesulitan benar adanya dan Roni pun merasakan hal tersebut. Usahanya mulai bangkit, tak hanya dari segi finansial yang didapat Roni, tapi juga pengalaman jatuh bangun yang memperkaya jiwa wirausaha Roni. Hal itulah yang mendesaknya membagi pengalaman lewat blog sehingga mengantarkannya menjadi salah satu founding fathers Komunitas Tangan Di Atas (TDA) pada Juni 2006.

Roni dan istri beserta kedua putranya, Vito dan Vino

Marketing, Itu Intinya!
Kesuksesan sejatinya diraih dengan kerja keras, begitu pula Roni menjalankan bisnisnya. Bisa dibilang, dengan modal pas-pasan (bantuan dari kerabat sana-sini), Roni bertekad membangun usaha. Selain bakat dagang, Roni yang berdarah Minang juga jeli melihat peluang pasar. Tak hanya itu, berangkat dari beberapa kegagalan, Roni juga semakin gape dalam me-maintance bisnisnya, misalnya dalam hal quality control, pelayanan terhadap pelanggan, hingga memperluas market. Soal memasarkan produk, Roni pun tak kalah hebat. Setelah sukses jualan lewat online, Roni juga memaksimalkan jaringan mitra agen distributor yang dimilikinya yang jumlahnya ratusan. Lewat kerja kerasnya tersebut, Roni tidak lagi berjualan di garasi rumah melainkan menempati basecamp baru, sebuah ruko di bilangan Kebayoran Lama.

Marketing, menurut Roni, adalah inti dari Manet. Bukan sekadar marketing yang dijalani Roni, melainkan sebuah profesionalisme kerja dan relationship. Meski tidak pernah merasakan kerja sebagai pegawai, namun Roni tahu benar bagaimana profesionalisme kerja. Pada awal-awal berbisnis, Roni selalu menepati janji kepada supplier, khususnya dalam hal pembayaran. Tak heran, karena kepercayaan tersebut, tak ada supplier yang mengeluh bahkan saat bisnis terpuruk sekalipun. Oleh karena itu, soal relationship atau hubungan antarmanusia sangat diperhatikan Roni. Bisnis bukan sekadar menjual barang, melainkan juga memberi kenyamanan dalam bekerja sama. Begitu pula dalam hal menjaga kualitas produk. Roni beranggapan, produk yang berkualitas dapat menjamin pelanggan untuk loyal karena sudah merasa nyaman dengan produk tersebut. Hingga kini, Roni mengandalkan puluhan konveksi di Jakarta dan Bandung untuk menggarap produknya.

Roni (kanan) dan Dirut BNISyariah, Rizqullah, saat peluncuran produk iB Bisnis BNI Syariah di REI Expo 2010

Masih kata Roni, dinamika bisnis selain marketing adalah bahan baku, produksi, dan permodalan. Meski sudah dibilang sukses, Roni juga masih berkutat dalam tiga hal tersebut. Mengatasi hal itu, setiap pebisnis, imbau Roni, harus punya inovasi dan strategi dalam membaca keinginan pasar. Ibarat makanan, jika apa yang kita makan tiba-tiba diambil orang, kita harus berpikir, apa yang bisa kita makan selain makanan tadi.

Berkaitan dengan inovasi dan membaca peluang pasar, Roni juga baru-baru ini mengeluarkan produk baru, Actual Basic. Karena berbahan dasar kaos, produk ini memang dirancang untuk dipakai sehari-hari bagi wanita dan pria yang ingin santai tapi tetap elegan. Peluncuran produk ini juga tidak melencengkan segmen pasar Manet yang bertahan di kelas menengah. Namun, dengan produk baru itu, Roni memperluas segmen pasar dari segi pemakai, yang tadinya hanya sekitar ibu-ibu muda, kini remaja dan para pria juga dimanjakan dengan produk Actual Basic.

Jadilah Pemain, Bukan Penonton
Mengingat keran perdagangan bebas dunia sudah dibuka, Roni mengajak siapa pun untuk bergerak sebagai pengusaha. Jika banyak pengusaha muslim yang bertumbuhan, jumlah itu akan dapat menyaingi para pengusaha nonmuslim yang menyerbu Indonesia. Misalnya saja produk China yang menang dari segi harga, semakin banyak orang yang membeli produk itu, semakin banyak pula industri lokal yang akan tutup buku. Oleh karena itu, Roni berharap Komunitas TDA dapat menumbuhkan sebanyak mungkin pengusaha muslim yang mampu bertahan dan berkembang dan dapat bersaing kompetitif dengan para pengusaha lain.

Perdagangan bebas, kata Roni, akan menyebabkan masyarakat semakin konsumtif sehingga uang makin banyak beredar. Makanya, peluang untuk berbisnis sangat terbuka lebar. Bisnis yang prospektif, menurut Roni, adalah yang menyediakan kebutuhan masyarakat. Mulai dari kepala hingga ujung kaki, mulai dari kebutuhan bayi, anak-anak, hingga orang tua.

Encouragement

Encouragement
Oleh: Rhenald Kasali *

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah
tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah
diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal
dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia
tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan
kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya
sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah
yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah
dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan
kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak
saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya
bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun
tersenyum.

Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah
saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya
mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik
itu.

“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di
sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi
kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang
agar maju. Encouragement!” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak
sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris,
saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan
berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur
prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya
menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga
doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik
ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian
program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan
penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan
begitu mereka tahu jawabannya.

Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan
seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji,
menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan.
Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang
duduk di bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan,
penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan
kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang
luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat
saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan
discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan
pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata
belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru
di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana
mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah
Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan
karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke
pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.

“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang
sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat
dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya
tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk
bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia
mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang
berarti.

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup
keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi
penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang
berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya
melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan
rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta
ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan
penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan
seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...;
Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas
kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih
disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan
mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan
otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau
sebaliknya,dapat tumbuh.Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan
(dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian
kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering
saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari
kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau
ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi
ancaman yang menakut-nakuti. (*)

*) Rhenald Kasali, Ketua Program MM UI