Sekarang mari kita tengok kisah shalafus shalih setelah generasi sahabat yang juga tak kalah hebatnya dalam ikhtiarnya menjadi pejuang kemakmuran. Konon Imam Abu Hanifah, selain sebagaiimam mahdzab yang faqih dalam agama adalah seorang entrepreneur yang sangat berdaya. AbuHanifah mengawali aktifitas entrepreneurnya dengan berjualan roti dipasar sampai pada akhirnya memiliki jasa keuangan (Khilafah &Kerajaan).
Dan karena saking mandirinya, beliau menjadi da’iyang sangat merdeka termasuk bisa menegur Khalifah pada saat itu untukkembali kepada kebenaran. Sampai pada akhirnya beliau diminta menjadi Qadhi (=hakim)di Kekhilafahan, akan tetapi beliau menolaknya dengan tegas. Karenapada masa itu, Qadhi di Kekhilafahan sama halnya sebagai tukang stempelsaja, sama nggak ya dengan negeri kita saat ini ?Menurut Imam Abu Hanifah, da’i harus berdaya dan memberdayakan. Dengan kepandaiannya, beliau mendedikasikan dirinya untuk mengajarkan Islam kepada semua kalangan. Dandengan bisnisnya yang luar biasa besarnya itu, beliau juga bisamemberikan beasiswa kepada seluruh murid-muridnya bahkan sampai ke luarnegeri dengan biaya penuh darinya.
Dan jangan ditanya,assetnya kalau dikurskan dengan nilai sekarang mungkin mencapai 1.7trilliun, lebih besar dari dana rakyat indonesia yang dibawa lari editansil dulu. edi tansil, tanya keumana..?
KEBERANIAN & KEMANDIRIAN
Hariini kita belajar menjadi seorang yang selalu berani berkompetisi untuksebuah kebaikan dari dua sahabat Rasulullah SAW yang lain, yaitu AbuBakar dan Umar. Dua sahabat ini menjalani kehidupannya dengan menjadiseorang entrepreneur/ pengusaha yang tidak lupa pada Allah SWT. Mereka tidak pernah takut bahwahartanya akan pergi, kalau toh pun pergi, itu hanyalah untuk Allah SWT.Dalam hal ini Umar pernah mengatakan : “Taruhlah hartamu itu di tangan, dan jangan kamu taruh di hati”. Artinya, harta itu hanyalah titipan dan kita hanya sebagai perantara dari harta yang kita miliki.Dan terkait ketakutannya kepada Allah, Umar juga pernah mengatakan : “Hisablah (evaluasilah) dirimu sebelum kamu nanti dihisab di hari akhir nanti”.Artinya, evaluasi itu adalah agenda rutin dari sebuah siklus kehidupan,sehingga kita bisa mengukur apakah aktifitas kita berbuah surga atauneraka.Dari Imam Abu Hanifah, kita belajar bagaimana proses menjadi seorang pengusaha sukses disamping juga belajar tentang kemandirian. Karena kemandirian akan melahirkan keberanian bersikap sesuai dengan kebenaran yang diajarkan Allah dan rasul-Nya.Dengankekayaan yang dimiliki, Imam Abu Hanifah dapat membantu para muridnyauntuk memperdalam ilmunya di luar negeri. Disamping juga dapat membantumasyarakat lainnya yang membutuhkan. Sekali lagi, kemandirian itu akanmenjadikan kita terhormat karena kita bisa berperan menjadi TANGAN DI ATAS.
a r i f p r a s e t y o a j i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar