Sudah menjadi pengetahuan umum kalau kota Garut bukan hanya dikenal sebagai kota penghasil dodol. Kota yang terletak selatan Jawa Barat ini juga dikenal sebagai penghasil produk kulit.
Produk kulit yang dihasilkan kota ini bermacam-macam mulai dari sepatu, jaket, tas,ikat pinggang, topi, sarung tangan dan lain-lain.
Kusnadi, seorang perajin sarung tangan asal Garut ini mencoba melakukan beberapa terobosan dengan membuat produk kulit sarung tangan berbasis keperluan alat keamanan (safety) sektor industri. Alhasil, kini produk buatannya telah dipasok ke beberapa sentra industri di Jawa Barat dan Sumatera.
Melalui keterampilan tangannya dengan mempekerjakan 23 karyawan, Kusnadi mampu meproduksi hingga 25.000 pasang sarung tangan kulit safety dengan berbagai macam jenis setiap bulannya.
Bahkan baru-baru ini, ia berhasil mendapat pesanan dalam jumlah besar dari beberapa sentra industri di kawasan Jababeka, PT Krakatau Steel dan lain-lain. Tak hanya itu saja, para pembeli dari negara-negara lain seperti dari Jerman, Jepang dan beberapa negara tetangga menyambangi langsung ke pabriknya di Garut.
“Mereka datang langsung ke Garut, misalnya dari Jerman, jepang kerena pasokan sarung tangan dari China tersendat,” jelasnya kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Kisah suksesnya menjadi perajin sarung tangan keamanan bermula sekitar 10 tahun lalu. Ketika itu, ia harus mendapat tantangan mendapatkan order dalam jumlah besar dari kakaknya yang juga berprofesi sebagai pembuat sarung tangan.Tawaran yang menggiurkan itu pun langsung dilabraknya, hasilnya sekarang ini ia menjadi produsen sarung tangan keamanan yang diperhitungkan di Garut.
Dengan kapasitas produksi yang mencapai 25.000 pasang per bulan, setidaknya ia mampu mengantongi hingga Rp 100 juta, bahkan pada saat permintaan yang memuncak omsetnya bisa mencapai berlipat-lipat, margin yang ia ambil pun tidak banyak hanya 10% smapai 20% saja.
“Memang semenjak krisis,permintaan sempat turun, Astra saja menurunkan permintaan, sekarang hanya 60% saja,” ucapnya.
Kusnadi mengatakan soal, bahan baku ia tidak terlalu kesulitan karena pasokan bahan baku di Garut sangat berlimpah, ia juga sering memanfaatkan limbah kulit dari pabrik penyamakan kulit, seperti kulit sapi, domba, sapi dan lain-lain.
Bahan baku sarung tangan kulit keamanan umumnya dibuat dari lapisan dalam produk kulit sehingga relatif mudah ditemukan.
“Saat ini kita sedang ajukan SNI untuk produk sarung tangan kulit ke Depperin, tapi kualitas sekarang saja sudah bagus, kalau ada pembeli Jerman dan Jepang datang artinya mereka sudah menilai standarnya cukup bagus,” paparnya.
Mengenai bisnis pembuatan sarung tangan untuk alat keamanan untuk industri, menurutnya masih sangat menggiurkan. Pasalnya dalam setiap pekan ia pesanan dari pabrikan selalu mengalir. Hal ini disebabkan umumnya para industri hanya
menggunakan sarung tangan tersebut dalam waktu yang tidak lama.
“Kalau yang paling murah paling daya tahannya hanya 3 hari pakai, lain lagi yang mahal bisa 3 bulan,” katanya.
Harga yang ia tawarkan untuk produk sarung tangan keamanannya mulai dari yang termurah Rp 3000 sampai yang termahal Rp 50.000 per pasang. Saat ini ia mengaku semua produknya banyak yang dijual oleh pihak ketiga alias trader, karena untuk menembus pasar langsung ke industri relatif sulit.
“Ini memang penyakit IKM, masih menjual melalui perantara,” keluhnya.
Ia juga bekerjasama dengan sedikitnya 40 mitra usaha produk sejenis di Garut, yang mampu memasuk ke beberapa trader seperti di Medan, Jakarta, Batam, Banten dan lain-lain.
"Dengan kondisi alat produksi sekarang dari 100% permintaan yang masuk, yang bisa saya cover 40% saja, makanya saya perlu mitra," jelasnya.
Tertarik?
Kusnadi
Jl. Gagak Lumayung Sukargang Garut, Jawa Barat
(sumber: detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar